Sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu Hubungan Internasional dituntut untuk mampu mendeskripsikan, menjelaskan dan meramalkan fenomena internasional yang terjadi. Untuk mampu melakukan hal-hal tersebut, ilmuwan HI dituntut untuk mampu memberikan analisa yang tajam dan tepat, dimana salah satu kunci keberhasilannya adalah ketepatan menentukan tingkat analisa (level of analysis) yang akan digunakan dalam memahami fenomena sosial yang terjadi.
Ada beberapa alasan mengapa penentuan tingkat analisa penting dalam mempelajari fenomena HI. Pertama, satu peristiwa dapat saja memiliki lebih dari satu faktor penyebab. Kedua, membantu memilah-milah faktor yang akan menjadi penekanan utama di dalam penganalisaan masalah. Karena tidak semua tingkat analisa penting atau memiliki pengaruh signifikan di dalam sebuah peristiwa. Ketiga, untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan metodologis yang disebut sebagai, 1) fallacy of composition, yaitu kesalahan berasumsi bahwa generalisasi tentang perilaku “bagian” bisa juga dipakai untuk menjelaskan “keseluruhan”, dan; 2) ecological fallacy, yaitu kesalahan akibat memakai generalisasi yang ditarik pada tingkat “keseluruhan” untuk menjelaskan tingkat “bagian”.[1]
Unit Eksplanasi dan Unit Analisa
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sejalan dengan penentuan tingkat analisa yaitu penentuan unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah obyek yang perilakunya akan dianalisa atau disebut juga dengan variabel dependen. Sementara unit eksplanasi adalah obyek yang mempengaruhi perilaku unit analisa yang akan digunakan atau disebut juga sebagai variabel independen.[2] Dengan demikian, dalam melakukan penganalisaan masalah, unit analisa dan unit eksplanasi saling terkait
Terdapat tiga model hubungan antara unit analisa dan unit eksplanasi yaitu, model korelasionis, model induksionis dan model reduksionis. Disebut model korelasionis jika tingkat unit eksplanasi dan unit analisanya sama. Kedua, disebut model induksionis jika tingkat unit eksplansinya lebih tinggi dari tingkat unit analisa dan ketiga, disebut model reduksionis jika tingkat unit eksplanasi lebih rendah dari tingkat unit analisa.[3] Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel: Unit Eksplanasi Dan Unit Analisa
Tabel: Unit Eksplanasi Dan Unit Analisa
Unit Eksplanasi
|
Unit Analisa
| |||
Individu & Kelompok
|
Negara-Bangsa
|
Sistem Regional & Global
| ||
Individu & Kelompok
|
korelasionis
|
reduksionis
|
reduksionis
| |
Negara-Bangsa
|
induksionis
|
korelasionis
|
reduksionis
| |
Sistem Regional & Global
|
induksionis
|
induksionis
|
korelasionis
|
Sumber: Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1994.
Tingkat-Tingkat Analisa
Hingga hari ini ilmuwan HI tidak memiliki kesepakatan tentang jumlah tingkat analisa di dalam HI. Kenneth Waltz membaginya menjadi tiga, yaitu individu, negara dan sistem internasional.[4] Begitu pula John Spanier menegaskan tiga tingkat analisa, yaitu tingkat system, tingkat negara-bangsa dan tingkat pembuat keputusan (individu).[5]
Sementara Stephen Andriole
mengidentifikasi lima tingkat analisa, yaitu individu, kelompok
individu, negara-bangsa, antar negara atau multi-negara dan sistem
internasional.[6] Begitu pula dengan Patrick Morgan
mengusulkan lima tingkat analisa, yaitu individu, kelompok individu,
negara-bangsa, kelompok negara-bangsa dan sistem internasional.[7]
Bruce Russet dan Harvey Starr
menetapkan enam tingkat analisa, yaitu individu pembuat keputusan dan
sifat-sifat kepribadiannya, peranan yang dijalankan oleh para pembuat
keputusan tersebut, struktur pemerintah tempat mereka melakukan
kegiatan, masyarakat tempat mereka tinggal dan yang mereka perintah,
jaringan hubungan antara para pembuat keputusan itu dengan aktor-aktor
internasional lainnya, dan tingkat sistem dunia.[8]
Mohtar Mas’oed
sendiri membaginya menjadi lima tingkat analisa, yaitu perilaku
individu, perilaku kelompok, negara-bangsa, pengelompokan negara-negara
dan sistem internasional.[9]
Di dalam tingkat perilaku individu,
fokus penelaahan adalah sikap dan perilaku tokoh-tokoh utama pembuat
keputusan, seperti kepala pemerintahan, manteri luar negeri, penasehat
militer dan lain-lain.
Pada tingkat perilaku kelompok,
yang menjadi fokus utama adalah mempelajari perilaku kelompok-kelompok
dan organisasi-organisasi yang terlibat di dalam hubungan internasional.
Sementara di tingkat negara-bangsa,
penelaahan difokuskan pada proses pembuatan keputusan tentang hubungan
interasional, yaitu politik luar negeri, oleh suatu negara-bangsa
sebagai satu kesatuan yang utuh. Di tingkat ini asumsinya adalah semua
pembuat keputusan, dimana pun berada, pada dasarnya berperilaku sama
apabila menghadapi situasi yang sama. Dengan demikian, analisa harus
ditekankan pada perilaku negara-bangsa karena hubungan internasional
pada dasarnya didominasi oleh perilaku negara bangsa.
Pada tingkat pengelompokan negara,
asumsinya adalah seringkali negara-bangsa tidak bertindak
sendiri-sendiri melainkan sebagai sebuah kelompok. Karena itu fokusnya
adalah pengelompokan negara-negara baik di tingkat regional maupun
global, yang berupa aliansi, persekutuan ekonomi dan perdagangan, dan
lain-lain,
Di tingkat tertinggi, yaitu sistem internasional,
fokus kajiannya adalah sistem internasional itu sendiri. Asumsinya
adalah perubahan atau dinamika di dalam sistem internasional menentukan
perilaku aktor-aktor HI.
Selain tokoh-tokoh di atas, terdapat pula Joshua S. Goldstein yang
juga berusaha menjelaskan tingkat-tingkat analisa di dalam HI.
Goldstein membaginya menjadi empat tingkat analisa, yaitu tingkat
individu, tingkat domestik, tingkat antar negara dan tingkat global.[10]
Di tingkat individu fokusnya adalah persepsi, pilihan dan tindakan yang diambil oleh seorang individu. Sementara di tingkat domestik,
kajian diarahkan pada pengaruh yang diberikan oleh sekelompok orang di
dalam negara terhadap tindakan atau keputusan yang diambil negara.
Kelompok-kelompok itu adalah organisasi politik, kelompok kepentingan
dan/atau lembaga-lembaga negara (government agencies). Selain itu, Goldstein juga memasukan, konflik etnis, tipe sistem politik, military-industrial complex (MIC), jender, sektor ekonomi dan industri, dan opini publik ke dalam tingkat domestik.
Di tingkat antar-negara
atau tingkat sistem, perhatian diberikan pada pengaruh yang diberikan
oleh sistem internasional terhadap aktor-aktor HI. Dengan demikian
fokusnya adalah interaksi antar negara itu sendiri. Salah satunya adalah
memberikan perhatian pada posisi kekuatan/kemampuan (power) relatif negara-negara di dalam sistem internasional. Contoh yang diberikan Goldstein adalah balance of power, aliansi, perjanjian dan kesepakatan, dan lain-lain.
Di tingkat global,
perhatian diberikan pada tren global dan tekanan-tekanan yang mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di dalam interaksi antar negara.
Misalnya adalah, perubahan teknologi, revolusi informasi, imperialisme
barat, dan lain-lain.
Cara Penentuan Tingkat Analisa
Dalam
menentukan tingkat analisa yang tepat dan efektif ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu teori yang digunakan dan tujuan analisa. Pertama, teori yang yang kita gunakan untuk meneliti fenomena, menuntun kita untuk memilih tingkat analisa yang hendak dipakai. Jika
teori yang digunakan menekankan pada pengaruh sistem dalam menentukan
perilaku aktor-aktor HI maka tingkat analisa dari unit eksplanasinya
adalah tingkat atau level sistem. Begitu pula jika penekanan teorinya
pada negara-bangsa atau individu, maka unit eksplanasinya serta-merta
berada pada level negara-bangsa atau individu.[11]
Kedua, begitu pula dengan tujuan analisa. Setidanya ada dua pertimbangan dalam tujuan analisa. Pertama, tujuan akademik, yaitu untuk memperoleh atau mengembangkan pengetahuan tentang ilmu hubungan internaisonal. Kedua, tujuan praktis (policy-oriented).
Tujuan yang kedua ini lebih banyak digunakan oleh para pengambil
keputusan. Mereka ini akan lebih menyukai tingkat analisa yang berkaitan
atau memiliki dampak langsung terhadap kepentingan mereka. Misalnya,
para penjabat pemerintahan akan lebih menyukai analisa di tingkat
negara-bangsa karena langsung bersentuhan dengan pekerjaan dan tugas
mereka.[12]
Kesimpulan
Tingkat
analisa memiliki peranan penting di dalam di dalam kajian ilmu Hubungan
Internasional karena dapat membantu untuk memfokuskan analisa masalah
(fenomena) dan menghindari terjadinya kesalahan metodologis. Dalam
penentuan tingkat analisa, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
penentuan unit eksplanasi dan unit analisa. Unit eksplanasi dan unit analisa saling berhubungan dalam tiga model yaitu, model korelasionis, reduksionis dan induksionis.
Setiap
ilmuwan menyusun kategori tingkat analisanya masing-masing, walaupun
demikian, secara umum tingkat analisa yang mereka susun relatif sama.
Dimana tingkat individu adalah tingkat yang terendah, sementara tingkat
global adalah tingkat yang tertinggi.
Dalam
menentukan tingkat analisa yang tepat ada dua hal yang umumnya menjadi
perhatian yaitu, teori yang digunakan dan tujuan analisa. Tujuan analisa sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tujuan akademik dan tujuan praktis (policy-oriented).
No comments:
Post a Comment